My Ping in TotalPing.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ٬ اسَّلآمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

AHLAN WA SAHLAN

Selamat berkunjung; Selamat mengikuti dakwah guna meningkatkan pemahaman figh sunah sebagai penambah bekal menuju Kehidupan Islami. Mulai diluncurkan 27 Pebruari 2011, Insya Allah, diposting sambil menunggu panggilan Nya.

وَسَّلَا مُ عَلَيكُمْ وَرَهْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ

Salam Hormatku dan Keluarga

situs fiqh sunah ini : http://aslam5.blogspot.com klik situs aqidah syariah : http://aslam3.blogspot.com

Tuesday 8 March 2011

004. SYUKUR BUMI



Syukur Bumi atau yang oleh masyarakat disebut dengan Sedekah Bumi, merupakan amalan yang tidak Islami dan mengarah pada kemusyrikan

Ketika para remaja sudah duduk memenuhi masjid kompleks, segera saja Bahjedun membuka tausiah; belum lagi mulai bicara, seorang remaja mengacungkan tangannya; setelah diiyakan, lalu katanya, “Pak Ustadz; semalam ada tayangan wayang kulit di tv dengan dalang yang sudah bertitel haji. Pak Dalang mengatakan, agar melestarikan sedekah bumi sebagai bentuk ucapan syukur. Bagaimana menurut Bapak?”; suasana menjadi hening.
Sesaat kemudian, Bahjedun angkat bicara, “Para remaja yang Insya Allah selalu ditambahkan derajat Nya karena tak segan menimba Ilmu Nya. Kebetulan, aku juga menonton wayang itu; dan berulang-kali Pak Dalang menganjurkan sedekah bumi dan menyatakan bukan perbuatan haram. Sedekah bumi, dilaksanakan sebagai tanda syukur kepada bumi yang telah memberi rizki kepada manusia; tetapi betulkah bumi memberi rizki?”;  tanpa menunggu jawaban, lalu diteruskan, “Untuk menyampaikan pandangan Islam, bukan pendapatku, marilah kita cermati QS Al Baqarah (2):22, yang memuat firman Nya,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
Artinya, Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. Melalui ayat, Dia menegaskan, sesungguhnya bumi telah dijadikan Nya terhampar luas; lalu diturunkan air dan dari air itu ditumbuhkan tanaman. Ini bermakna, Dia saja yang memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman. Kemudian dalam QS Al An`am (6):99, memuat firman Nya,
وَهُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِراً نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبّاً مُّتَرَاكِباً وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِّنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهاً وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انظُرُواْ إِلِى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿٩٩﴾
Ayat ini diawali dengan firman Nya, Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Sekali lagi, terdapat penegasan, Dia sajalah yang menumbuhkan tanaman di bumi setelah diturunkannya air hujan; terusan ayat ini mengandung makna, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Dalam bagian ayat ini ditegaskan, Dia saja yang memperbanyak bulir buah tanaman itu, dengan contoh kurma, zaitun dan delima; dan Dia saja yang menjadikan buah itu matang untuk menjadi makanan makhluk Nya. Pada akhir ayat ini, berisi firman Nya, Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”; berhenti sejenak.
Lalu diteruskan, “Rizki buah-buahan yang dihasilkan dari tanaman, merupakan karunia Ilahi bagi makhluk Nya; bukan saja untuk manusia, tetapi dapat kita saksikan, burung-burung juga memperoleh rizki dari tanaman”; berhenti bicara, karena ada yang ingin bertanya; setelah diiyakan, lalu katanya, “Tetapi, Pak Ustadz, bukankah sedekah bumi itu diawali dengan bacaan Al Quran dan doa yang dilantunkan dalam bahasa daerah dan Bahasa Arab?”. Mendapat pertanyaan ini, Bahjedun mengemukakan, “Betul, dalam upacara itu diawali dengan bacaan Surah Al Fatikhah dan diakhiri dengan doa; tetapi dalam doa yang dilantunkan dengan bahasa daerah dikatakan, terima kasih dan syukur kepada bumi, dewi ini, dewi itu, yang telah memberi kemurahan sehingga bumi menghasilkan panen yang baik, terbabas dari hama, dan sebagainya. Ucapan terima kasih dan syukur inilah yang menjadikan upacara semacam ini, tidak mencerminkan keyakinan Islami. Bukankah bumi ini ciptaan Allah س?; bukankah Dia saja yang menurunkan air hujan sehingga dari bumi bisa ditumbuhkan tanaman?; bukankah Dia saja yang menggandakan butir-butir buah dari setiap tanaman?”; terlihat seorang remaja ingin bertanya; setelah Bahjedun mengangguk, ditanyakan, “Kalau begitu, siapa yang bersalah dalam memulai upacara semacam ini?”.
Bahjedun membetulkan silanya, lalu dikatakan, “Pada masa pengenalan Islam dahulu, para Ulama Islam mendakwahkan agama secara persuasif; artinya memasukkan ajaran dengan cara yang tidak mendobrak ajaran yang sudah ada, misalnya ritual sedekah kepada dewa-dewi atau disebut sedekah bumi. Para Ulama Islam masa dahulu membiarkan upacara seperti ini, tetapi memasukkan unsur Islami, antara lain dengan bacaan ayat-ayat Al Quran dan doa-doa dalam Bahasa Arab. Meski begitu, terlalu sulit untuk menelusuri sejarah, siapa yang memulai memasukkan unsur Islami dalam upacara seperti ini”; berhenti sejenak, lalu katanya, “Barangkali, bukan masanya lagi untuk mencari siapa yang salah, tetapi bagaimana kita meluruskan budaya sedekah bumi agar tidak menyimpang dari keberimanan Islam”.
Sesaat seusai berhenti bicara, Bahjedun menutup tausiah minggu pagi itu; para remaja terlihat puas memperoleh pengayaan ilmu, mungkin dalam hatinya tumbuh semangat bagaimana cara terbaik untuk menghilangkan, setidak mengurangi upacara sedekah bumi dan bentuk-bentuk sedekah semacam itu.

No comments:

Post a Comment