My Ping in TotalPing.com

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ٬ اسَّلآمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

AHLAN WA SAHLAN

Selamat berkunjung; Selamat mengikuti dakwah guna meningkatkan pemahaman figh sunah sebagai penambah bekal menuju Kehidupan Islami. Mulai diluncurkan 27 Pebruari 2011, Insya Allah, diposting sambil menunggu panggilan Nya.

وَسَّلَا مُ عَلَيكُمْ وَرَهْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ

Salam Hormatku dan Keluarga

situs fiqh sunah ini : http://aslam5.blogspot.com klik situs aqidah syariah : http://aslam3.blogspot.com

Monday 14 March 2011

006. MUSYRIK


Musyrik, adalah perbuatan membuat tandingan dengan Dzat Allah س, dosanya tak terampunkan; bahkan langsung dikirim ke blok N tempat kembalinya

Ketika para remaja sudah memenuhi serambi masjid kompleks, Bahjedun membuka tausiah kemudian angkat bicara, “Para remaja yang Insya Allah selalu ditambahkan derajat karena menimba Ilmu Nya. Pada tausiah yang lalu, sudah kita bahas penyelenggaraan Syukur Bumi dan Syukur Laut atau dikenal Sedekah Bumi dan Sedekah Laut, dan sedekah-sedekah lain, seperti sedekah untuk makam yang dikeramatkan, dan sebagainya”; berhenti bicara, ada remaja yang ingin bertanya; setelah diiyakan, lalu katanya, “Pada tausiah yang lalu, Pak Ustadz mengatakan, perbuatan sedekah-sedekah seperti itu adalah musyrik. Maksudnya apa?”.
Atas pertanyaan ini, Bahjedun mengemukakan, “Musyrik berasal dari Bahasa Al Quran yang diindonesiakan, dari kata dasar syaraka; artinya serikat; orang yang menjadikan sesuatu memiliki sifat dan kekuasaan seperti Allah س, disebut musyrik. Hal ini bertumpu pada keyakinan dasar Islam, sebagaimana difirmankan dalam QS Al Ikhlash, ayat 1-4, bahwa sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Esa, satu-satunya, tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak ada tandingan bagi Nya dan kepada Nya saja segala sesuatu bergantung. Jadi, bila memposisikan dewi ini, dewi itu, ratu ini ratu itu, makam sini makam sana, pohon ini pohon itu, menjadi salah satu yang ikut mempengaruhi dan ikut menentukan kehidupan, maka itu namanya perbuatan syirik. Selain dalam bentuk perbuatan, syirik dapat berupa sikap dan pendapat; contoh yang sangat sederhana begini; orang terjatuh karena terpeleset; lalu bilang, wah untung pake sepatu karet sehingga dapat melindungi aku dari cedera keseleo. Orang ini sudah dapat disebut musyrik, karena sesungguhnya yang melepaskan dirinya dari keseleo adalah Allah س, bukan sepatunya; dalam kasus ini, Allah س dipersamakan dengan sepatu karet sebagai penyelamat dari keseleo”; berhenti sejenak.
Lalu diteruskan, “Dari contoh Sedekah Bumi, ungkapan syukur ditujukan kepada dewi ini dewi itu selaku penguasa bumi; begitu juga Sedekah Laut sebagai syukur kepada ratu ini ratu itu, yang menguasai laut. Padahal sudah sangat gamblang, Allah س yang memberi rizki dari bumi ataupun dari laut; dengan begitu, pelaku sedekah itu menganggap dewi dan ratu yang diberi ungkapan syukur memiliki kekuasaan seperti kekuasaan Allah س yaitu pemberi rizki”; berhenti bicara, karena ada remaja yang bertanya; setelah diiyakan, tanyanya, “Pak Ustadz, dengan contoh keseleo dan sedekah bumi atau sedekah laut, apakah memiliki bobot syirik yang sama?”.
Setelah membetulkan silanya, Bahjedun mengemukakan, “Dalam Islam, dikenal dua jenis syirik; pertama, disebut syirik jali’ atau syirik nyata atau syirik mutlak seperti contoh pemujaan kepada dewi dan ratu dalam sedekah tadi; perbuatan syiriknya dilakukan secara sadar; kedua, syirik asghar atau syirik khafi yaitu syirik samar-samar atau syirik kecil seperti contoh orang keseleo itu; mungkin saja tidak bermaksud membuat tandingan terhadap kekuasan Allah س tetapi karena terbawa oleh kebiasan percakapan”; remaja lainnya menyela bertanya, “Pak Ustadz, bagaimana dosanya?”.
“Para remaja yang Insya Allah selalu ditambahkan karunia Nya”; begitu Bahjedun mulai memberi penjelasan; lalu katanya, “Bila ditilik dari perbuatan syirik yang dilakukan tanpa menyadari bahwa itu merupakan perbuatan syirik, Insya Allah mendapat ampunan Nya; sesungguhnya, syirik samar itu termasuk dosa kecil; Insya Allah bisa terhapuskan dengan sendirinya, dari amalan kebaikannya dan ibadah kepada Nya, misalnya dari shalat yang dilaksanakan. Tetapi semua itu kembali kepada Nya saja, karena Dia saja berhak mengampuni atau menyiksa umat Nya. Namun jika menyadari akan kesalahan karena berbuat syirik, lebih diutamakan mengucap istighfar. Sedangkan syirik jali’ merupakan dosa besar; misalnya dalam QS An Nisa’ (4): terdapat firman Nya,
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً ﴿٤٨﴾
Artinya, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. Ayat ini dengan sangat gamblang menegaskan, perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tak terampunkan”; berhenti sejenak, karena ada remaja yang mau bertanya; setelah Bahjedun mengangguk, lalu tanyanya, “Pak Ustadz, dengan mengambil contoh Sedekah Bumi atau Sedekah Laut; mereka umumnya juga muslim, shalat, puasa, zakat, mungkin juga haji; bagaimana ?”.
Bahjedun menjelaskan, “Setiap muslim yang mukmin, harus meyakini, tiada tempat bergantung selain kepada Nya; rizki, sehat, sakit, selamat, semuanya atas izin Nya saja tidak dari yang lain. Marilah kita cermati QS Al An`am (6):86 terdapat firman Nya,
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾
Artinya, Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dengan bahasa yang sangat halus, melalui ayat ini, Allah س menurunkan lafadz tidak mencampur adukkan; artinya, Allah س mensinyalir gejala kaum muslim yang mencanpuradukkan keimanan dengan kemusyrikan, seperti yang kita lihat sekarang ini. Menyatakan diri sebagai muslim, ya shalat, ya zakat, ya melakukan rukun Islam lainnya, tetapi juga menyelenggarakan kegiatan yang bernuansa musyrik seperti contoh-contoh tadi”; berhenti sejenak.
Lalu diteruskan, “Para remaja yang Insya Allah selalu ditambahkan nikmat Nya; sampai disini dulu tausiah kita hari ini, semoga Allah س mengizinkan kita bertemu lagi dalam tausiah yang akan datang”; begitu Bahjedun mengakhiri tausiah diiring ucapan hamdalam dan salam; para remaja berkemas dan bersegera pulang.